By Cesina Atalie Azzara Siregar and Laila Ramadhani from Empowerment Division
Sudan Selatan adalah salah satu negara yang terletak di benua Afrika. Sudan Selatan merupakan negara yang pernah dijajah oleh Inggris dan Mesir. Penduduk Sudan Selatan mayoritas beragama afrika tradisional. Sudan Selatan telah membangun hubungan dengan Israel sejak negara itu belum merdeka. Pada tahun 1958, Sudan telah memberlakukan UU boikot Israel yang memenjarakan atau memberikan denda bagi orang yang melanggar UU tersebut, seperti melakukan transaksi jual beli dengan Israel. Pada awal tahun 1960 diplomat Israel pertama kali melakukan kontak secara langsung di negara-negara afrika dengan perwakilan Anya-Nya, di mana mereka mencoba untuk memisahkan diri dari Sudan Selatan sebelum negara itu merdeka dari Inggris dan Mesir.
Pada tahun 2011, presiden Sudan Selatan yaitu Salva Kiir, melaksanakan pertemuan dan diskusi bersama duta besar Israel terkait hubungan diplomatik terutama hubungan yang bersifat ekonomi. Kemudian, pada 28 Juli 2011, Israel resmi menjalin hubungannya bersama Sudan Selatan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut diantaranya, krisis ekonomi Sudan Selatan yang mengakibatkan keterbatasan sumber daya. Maka, dengan adanya normalisasi hubungan dengan Israel, tentunya dapat mempermudah jalan untuk bantuan finansial, pembangunan ekonomi, dan investasi. Kemudian, ada juga Perjanjian Abraham yang merupakan salah satu contoh hubungan diplomasi Sudan dengan Israel pada Januari 2021. Alasan mereka bergabung karena internasionalisme yang menjadi sebuah legitimasi akan terciptanya hubungan yang formal. Menurut
Jenderal Abdel Fattah al-Burhan (pemimpin Sudan yang mengambil alih kudeta), bahwa hubungan Khartoum dengan Tel Aviv sangatlah penting dan dapat menjaga keamanan di kawasan negara. Hubungan resmi ini dianggap bisa membantu Sudan dalam mencari para pelaku tindakan terorisme, Abdel Fattah al-Burhan beranggapan bahwa dengan munculnya keamanan di kawasan Sudan, maka secara tidak langsung pihak Khartoum patuh dalam penjagaan stabilitas keamanan regional yang dimulai dari stabilitas keamanan nasional terhadap wilayah Sudan. Jenderal Abdel Fattah al-Burhan juga mengatakan bahwa relasi luar negeri Sudan harus dimulai integrasinya dengan komunitas internasional.
South Sudan as a country on the Arabian fringe does it supports Israel or Palestine in the conflict of 7 October?
Saat ini, Sudan Selatan mengalami konflik krisis kemanusiaan sendiri dengan jutaan orang yang terdislokasi dan mereka sangat membutuhkan bantuan. Kemudian, Israel menawarkan diri untuk membantu mereka pada perang saudara dengan tujuan menjauhkannya dari Mesir dan berharap untuk bergabung pada aliansi pinggiran negara arab untuk melawan Mesir pimpinan Nasser, tetapi tawaran tersebut gagal. Kemudian, dengan kondisi Sudan Selatan yang semakin memburuk, negara tersebut beralih ke Israel. Kemudian Israel membantunya dari segi keamanan dengan cara menjual beberapa senjata untuk perang saudara dan kekacauan yang terus berlanjut. Kepemimpinan Sudan Selatan menjalin hubungan dengan Israel tidak terbatas pada bantuan teknis saja, tetapi juga berpengaruh pada politik, pada konflik yang terjadi kini, tentunya Israel menghadapi tekanan politik dari PBB dan negara-negara lainnya terkait Palestina, maka Israel sangat berharap dukungan diplomatik dari Sudan Selatan (setidaknya abstain) pada forum-forum dunia terkait isu yang melibatkan Israel, hal tersebut merupakan sebuah imbalan untuk pertolongan dan kerjasama yang sudah dilakukan mereka untuk Sudan Selatan.
Berdasarkan laporan tahunan terbaru Departemen Luar Negeri AS mengenai voting PBB, mulai dari tahun 2011, Sudan Selatan bersikap abstain satu kali dan tidak hadir sebanyak 16 kali. Pada tahun 2012, Sudan Selatan memberikan suara satu kali kepada Amerika Serikat dan Israel, menolaknya sebanyak 4 kali, dan tidak hadir sebanyak 14 kali. Ketika pemungutan suara tertentu, Sudan Selatan tidak hadir pada 11 Oktober untuk memberikan suara penuh kepada Palestina dalam UN Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), tetapi secara bersamaan hampir semua negara Afrika memberikan suara “Non-Member Observer-State” pada resolusi PBB di November tahun 2012 terhadap Palestina. Pada tahun 2013, Sudan Selatan memberikan suara menolak Amerika Serikat dan Israel sebanyak 1 kali, abstain sebanyak 13 kali, dan tidak hadir sebanyak 4 kali. Pada tahun 2014, Sudan Selatan memberikan suara menolak Amerika Serikat dan Israel sebanyak 1 kali, abstain sebanyak 8 kali, dan 9 kali tidak hadir. Pada tahun 2015, Sudan Selatan memberikan suara terhadap Amerika Serikat dan Israel dengan menentangnya sebanyak 2 kali dan memilih abstain atau tidak hadir sebanyak 8 kali. Pada tahun 2016, Sudan Selatan memberikan suara dukungan kepada Amerika Serikat dan Israel sebanyak 2 kali dalam 18 resolusi anti-Israel di General Assembly – seperti Guatemala yang kita tahu memiliki kedutaan besar di Jerusalem. Sudan Selatan hanya menentang sebanyak 1 kali, abstain sebanyak 9 kali, dan tidak hadir sebanyak 6 kali.
Conclusion
Sudan Selatan merupakan negara di benua Afrika yang pernah dijajah oleh Inggris dan Mesir. Negara tersebut menjalin hubungan dengan Israel sejak sebelum kemerdekannya dan menjalin hubungan diplomatik pada tahun 2011. Hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi yang mulai menurun dan membutuhkan bantuan finansial dari negara lain. Pemimpin Sudan Selatan menganggap hubungan ini sebagai kunci untuk meningkatkan keamanan regional dan berkontribusi dalam pencegahaan terorisme. Hubungan tersebut didukung dengan penandatanganan Perjanjian Abraham. Dalam konteks diplomasi global, Israel berharap mendapatkan dukungan diplomatik dari Sudan Selatan terkait isu sensitif Israel-Palestina sebagaimana yang tertera pada analisis laporan tahunan Departemen Luar Negri Amerika Serikat bahwa Sudan Selatan cenderung abstain atau tidak hadir dalam pemungutan suara PBB terkait konflik tersebut sejak tahun 2011. Hubungan ini mencerminkan kompleksitas diplomasi regional yang melibatkan faktor ekonomi, keamanan, dan isu-isu internasional yang lebih luas. Hubungan diplomatik yang terjadi ini juga menandakan bahwa kondisi sosial ekonomi pada suatu negara dapat mengubah arah politik negara itu sendiri.
Referensi
Kridsdananjaya A, Syauqillah M. (2022). NORMALISASI HUBUNGAN-HUBUNGAN NEGARA ARAB DENGAN ISRAEL : IMPLIKASI DAN DINAMIKA DARI PERJANJIAN ABRAHAM. Jurnal Ilmiah Indonesia Vol 7, No 8.
Bishku B, Michael. (2019). Israel and South Sudan: A convergence of interests. Middle East Policy Council, XXVI (4).
South Sudan’s President Hails Bilateral Relations with Israel. Retrieved from Sudan Tribune. https://sudantribune.com/article260274/
South Sudan profile. (2016, April 27). https://www.bbc.com/news/world-africa-14019208