Pada tanggal 19 Oktober 2018, FPCI mengadakan Jumpa Chapter se-Indonesia yang bertempat di Sekretariat Pusat FPCI di Mayapada Tower, Jakarta. Jumpa Chapter ini menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam kegiatan rutin tahunan Sekretariat FPCI dalam menyambut acara utama, Conference on Indonesia Foreign Policy (CIFP) di Kota Kasablanka. Acara ini diikuti oleh berbagai delegasi chapter FPCI yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan mengangkat tema: “A Dangerous Drift? Ideas to Fix a Broken World” yang menjadi bagian tema dari CIFP.
Kami dari FPCI UPNVJ berkesempatan untuk memberikan paparan mengenai pencapaian dan rencana program kerja. Tidak hanya itu pada sesi ini chapter dari universitas lain juga ikut mempresentasikan program kerjanya hingga tantangan dalam proses perintisan kepengurusan chapternya. Yang paling menarik dalam sesi ini adalah hampir seluruh chapter memiliki program beragam dan saling memberikan masukan terkait rencana program dan kegiatan ke depan.
Sesi paparan pertama Jumpa Chapter ini diisi oleh Devina Ayona dengan materi konsep keamanan mengenai kawasan Indo-Pasifik. Pemaparan konsep ini sangat menarik antusiasme peserta yang ikut dalam Jumpa Chapter. Terlebih paparan konsep ini telah membuka pandangan kita semua akan pentingnya wilayah strategis baru yang sebelumnya dikenal dengan konsepsi “Asia-Pasifik” kini menjadi lebih luas lagi ke arah Samudera Hindia menjadi “Indo-Pacific” mengingat kawasan Samudera Hindia mulai mendapatkan perhatian AS. Hal ini dibuktikan oleh AS dengan mengganti dari U.S Pacific Command (US-PACOM) ke U.S Indo-Pacific Command (USINDOPACOM). Dengan demikian, sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Indo-Pacific, Indonesia akan semakin memiliki nilai strategis sekaligus berhadapan dengan berbagai tantangan baru ke depannya.
Pada sesi paparan kedua diisi oleh Cut Jihan Syavira dengan materi tentang Perang Dagang AS-Tiongkok dan Dampak Strategisnya yang tengah terjadi dan menarik perhatian. Sejak Trump menjadi Presiden AS telah mengeluarkan kebijakan yang memantik pro-kontra di masyarakat internasional. Kebijakan Fair Trade dan American First ini telah mendorong AS mengeluarkan Trade Barrier berupa kenaikan pajak sejumlah komoditas tertentu hasil produksi Tiongkok. Bagi AS kebijakan ini dianggap sebagai langkah dalam melindungi produsen dalam negerinya, khususnya sektor pertanian. Langkah AS ini memicu Tiongkok untuk melakukan hal serupa terhadap komoditas AS yang berimbas terhadap tidak menentunya situasi perekonomian dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Mengingat Asia Tenggara menjadi kawasan dengan banyak mitra strategis bagi AS maupun Tiongkok berpotensi mengalami fragmentasi akibat rivalitas AS-Tiongkok dalam Perang Dagang ini.
Sesi paparan ketiga diisi oleh Sarah Natassja E. Rawung-Salem memaparkan tentang Healthcare Accsess yang menjadi bagian tidak terpisahkan peranannya bagi kelangsungan manusia. Perjalanan panjang akses kesehatan tentu disusun oleh komponen pendukung, mulai dari jangkauan, layanan hingga waktu pelayanan. Ketiga aspek ini masih menjadi tantangan tersendiri, khususnya dengan melihat layanan akses kesehatan yang ada di sekitar kita. Tantangan ini yang akan dihadapi oleh generasi yang akan datang dengan solusi dan gagasan untuk memperbaiki tata kelola layanan kesehatan agar dapat menjamin kelangsungan manusia dalam rangka mencegah ancaman non-tradisional (penyakit).
Pada sesi keempat yakni Focus Group Discussion (FGD) seluruh peserta dibagi menjadi total enam kelompok dengan masing-masing setiap dua kelompok mencari solusi dari tantangan dan permasalahan dari ketiga topik yang telah dipaparkan pada sesi sebelumnya. Selama sesi FGD ini, setiap peserta saling bertukar pandangan dalam memandang permasalahan yang diangkat. Pertukaran pandangan ini menjadi pemantik dalam upaya menemukan solusi-solusi permasalahan topik tersebut.
Setelah memperoleh solusi atas permasalahan topik yang diangkat, setiap kelompok mengirimkan perwakilan untuk memaparkan apa solusi yang diperoleh selama sesi FGD. Pada sesi ini kedatangan seorang tamu dari pakar studi hubungan internasional terkemuka, Prof.Amitav Acharya memberikan sedikit pandangannya bersama Dr.Dino Pati Djalal dalam sesi diskusi interaktif mengenai konstelasi politik global kontemporer secara santai.
Sesi Jumpa Chapter berakhir pada pukul 18:00. Sebagai penutup sesi, seluruh peserta berfoto bersama di Bengkel Diplomasi.