Ditulis oleh Fransiska Maria Christine dari divisi Research
Sejak Januari tahun 2024, Eropa dilanda gelombang demonstrasi kelompok petani. Christiane Lambert, Presiden COPA-COGECA (Konfederasi Koperasi Pertanian Uni Eropa) mengatakan bahwa demo petani Uni Eropa telah berlangsung di 25 dari 27 negara Uni Eropa. Demonstrasi yang dilakukan para petani Uni Eropa mencapai puncaknya pada KTT Uni Eropa 2024 di Brussels, Belgia pada Senin (26/2/24) Dalam aksi demo tersebut, demonstran memblokir jalan raya utama di daerah Rue de la Loi dengan ribuan traktor. Selain itu, bentrokan antara polisi dan petani juga terjadi dalam aksi demo ini. Bentrokan bermula ketika polisi memasang barikade kawat berduri di luar gedung Uni Eropa. Para petani yang merasa aksinya diabaikan oleh elite Uni Eropa kemudian membakar ban dan melempari polisi dengan telur dan pupuk.
Menurut Christiane Lambert, demo ini adalah bentuk kekecewaan para petani yang sudah terlanjur marah atas tindakan para elite yang membuat kehidupan mereka semakin sulit. Lebih lanjut, melansir DW (Deutsche Welle), pemicu demonstrasi petani Uni Eropa berbeda-beda tergantung pada lokasi demonya. Namun, kesamaannya adalah karena peraturan pertanian Uni Eropa yang dianggap merugikan petani, yakni peraturan Green Deal, impor produk pertanian dari Ukraina, dan rencana kerjasama perdagangan bebas Uni Eropa dengan blok Mercosur (kelompok perdagangan Amerika Selatan).
Nasib Petani Uni Eropa Di Ambang Peraturan Green Deal
European Green Deal merupakan kebijakan yang dirancang oleh Uni Eropa untuk menciptakan kawasan bebas emisi pada tahun 2050. Paket kebijakan Green Deal mencakup inisiatif di bidang penanganan iklim, lingkungan hidup, energi, transportasi, industri, pertanian, dan keuangan berkelanjutan. Sejatinya, kelompok petani Uni Eropa tidak mempersoalkan upaya Uni Eropa dalam penanganan perubahan iklim. Namun, kelompok petani melihat keberadaan peraturan Green Deal sebagai solusi yang tidak adil terhadap keberlanjutan pertanian Eropa.
Ketidakadilan ini berasal dari kebijakan Green Deal yang berisi pengaturan penggunaan pestisida, rencana penghentian subsidi bbm untuk sektor pertanian, peningkatan pajak bagi petani, dan pembebasan lahan untuk meningkatkan biodiversitas. Bagi kelompok petani, peraturan ini dinilai sangat opresif dan terkesan menumbalkan mereka dalam upaya penanganan perubahan iklim. Itu sebabnya, para petani Uni Eropa mengatakan, tidak masuk akal jika pemerintah dapat mengatasi perubahan iklim, namun nasib sektor pertanian dalam bahaya, sehingga membuat petani lokal kesulitan memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Petani Uni Eropa Tuntut Pengawasan Impor Produk Pertanian
Kekhawatiran kelompok petani Uni Eropa tidak sebatas pada peraturan Green Deal semata, akan tetapi juga mengenai impor produk pertanian dari Ukraina. Uni Eropa justru memberikan potongan bea masuk produk impor Ukraina, termasuk produk pertanian Ukraina. Pengurangan bea masuk yang diberikan Uni Eropa ini adalah bentuk solidaritas mereka terhadap Ukraina yang mengalami krisis ekonomi pada masa konflik Rusia-Ukraina.
Masyarakat Uni Eropa kemudian merasa bahwa solidaritas tersebut adalah bumerang bagi Uni Eropa dan menuai kemarahan dari kelompok petani lokal. Kelompok petani lokal Uni Eropa berpendapat bahwa kehadiran produk pertanian yang diimpor dari Ukraina adalah bentuk ancaman terhadap produk pertanian lokal dan membuat kerugian bagi petani lokal karena biaya produksi petani lokal menjadi jauh lebih mahal dibandingkan harga produk impor dari Ukraina di pasar Eropa.
Tidak hanya mengenai impor produk pertanian dari Ukraina, namun juga rencana Uni Eropa yang akan mengimpor produk pertanian dari Amerika Selatan. Dimana, biaya produksi petani Amerika Selatan terbilang jauh lebih murah karena pemerintah Amerika Selatan tidak sefanatik Uni Eropa dalam upaya pengendalian iklim. Untuk itu, petani Eropa menuntut agar mereka dan produk-produk pertanian lokal mendapat perlindungan komisi Uni Eropa dari kehadiran produk impor.
Referensi
Athallah, I. D. (2022, Februari 24). SEKURITISASI ISU LINGKUNGAN DALAM HAMBATAN PERDAGANGAN SAWIT DI EUROPEAN GREEN DEAL. Indonesian Journal of International Relations, 6(1), 176-204. https://journal.aihii.or.id/index.php/ijir/article/view/300/86
Barrucho, L., & Gallagher, A. (2024, February 19). Demonstrasi petani Eropa meluas ke India – Tiga hal yang perlu Anda ketahui. BBC. Retrieved March 19, 2024, from https://www.bbc.com/indonesia/articles/c2v4jdz4q0eo
CNN Indonesia. (2024, February 21). Demo Besar-besaran Petani Kian Meluas dari Eropa ke India, Mengapa? CNN Indonesia. Retrieved March 19, 2024, from https://www.cnnindonesia.com/internasional/20240221201022-134-1065684/demo-besar-besaran-petani-kian-meluas-dari-eropa-ke-india-mengapa
Joyner, E. (2024, January 12). Mengapa Makin Banyak Petani Eropa Berdemonstrasi di Jalanan? – DW – 12.01.2024. DW. Retrieved March 19, 2024, from https://www.dw.com/id/pemicu-banyak-petani-eropa-berde
mo/a-67961692