oleh : Muhammad Syahrul muhajirin & Rifqy Alief Abiyya
Energi merupakan sebuah aspek penting dalam kehidupan dengan memainkan peran secara fundamental. Bagi sebuah negara maupun kawasan, energi menjadi salah satu kebutuhan utama dalam stabilitas ekonomi baik sebagai komoditas impor maupun ekspor, dimana masyarakat modern saat ini berkembang dan semakin bergantung pada energi untuk segala aspek kehidupannya. Uni Eropa sebagai salah satu kawasan yang melakukan perdagangan energi demi memenuhi kebutuhan energinya. Minyak dan Gas menjadi dua komoditi yang diperlukan oleh masyarakat Uni Eropa hingga saat ini.
Hadirnya dependensi terhadap produk impor minyak dan gas menjadikan Uni Eropa sebagai importir energi terbesar kedua di dunia. Diperkirakan pada tahun 2030 ketergantungan tersebut meningkatkan hingga 70% apabila tidak ada tindakan yang diambil oleh Uni Eropa untuk mulai mencari jalan atas ketersedian pasokan Energi (Roberts, 2007). Dengan tingkat ketergantungan Uni Eropa yang layaknya candu terhadap minyak serta gas Rusia, menjadikan Rusia berada di atas angin dimana Rusia memegang kendali atas infrastruktur penyaluran energi, kondisi ini pula semakin meningkatkan bargaining Power Rusia kepada negara Eropa. Rusia sendiri secara terang-terangan mulai menggunakan keuntungan geopolitik tersebut untuk mengontrol ketahanan energi Uni Eropa (Sari, 2010). Hal ini tentunya menjadi sebuah Security Dilemma bagi Uni Eropa.
Konflik antara Rusia dan Ukraina menjadi pertanda awal bagi ancaman krisis energi di kawasan Eropa. Serangan yang dilakukan Rusia pada awal tahun 2022 ke beberapa kota di Ukraina. Hal ini memicu negara-negara di dunia khususnya Eropa yang berseberangan langsung dengan titik perang dan juga adanya ketergantungan gas tersebut apalagi negara eropa banyak lebih condong mendukung Ukraina. Pecahnya perang di Ukraina sendiri menjadi alarm bagi Uni Eropa, dimana Rusia mengeluarkan kebijakan yang sangat berpengaruh pada keadaan stabilitas energi di Eropa. Dengan penghentian pasokan gas alam yang melalui aliran pipa-pipa gas Rusia tentu kini negara-negara Eropa dihadapkan dengan keadaan dan pilihan yang pahit dimana ancaman krisis energi kian nyata menghampiri mereka.
Sebelumnya, perlu kita ketahui juga bahwa penghentian pengiriman pasokan energi dari Rusia ke negara-negara eropa merupakan salah satu respon untuk negara eropa yang melakukan bentuk kecaman atas penyerangan Rusia ke Ukraina. Berbagai negara di dunia tentunya memiliki sikap masing-masing terkait hal ini termasuk negara-negara eropa. Bukan hanya dari pihak Rusia yang mengurangi pasokan energi, tetapi pada bulan juni Uni Eropa sepakat untuk melakukan pemberhentian pemesanan hingga 90% terhadap salah satu komoditi energi Rusia, yaitu gas. Tindakan ini bukan tanpa resiko, dimana hal ini mengindikasikan bahwa Uni Eropa sudah siap salah satu pemasok utama bagi kebutuhan energi mereka. Dampaknya, tentu saja persediaan komoditi energi masyarakat Uni Eropa akan berkurang drastis. Disinilah ancaman krisis energi bisa saja segera dirasakan oleh masyarakat Uni Eropa. Dari kasus seperti ini sebenarnya Uni Eropa perlu memiliki sebuah plan untuk memprioritaskan energi untuk kebutuhan rumah tangga. Apalagi, ketika memasuki musim dingin dimana masyarakat memerlukan gas yang lebih banyak dari biasanya. Oleh karena itu, negara-negara Uni Eropa perlu menghemat penggunaan komoditi energi mereka, terutama gas. Ditambah dengan adanya penutupan pipa Nord Stream 1 dari Rusia ke Eropa, maka ancaman krisis energi akan semakin mudah untuk terjadi.
Uni Eropa sendiri sudah merencanakan beberapa rencana kebijakan dalam mengantisipasi ancaman krisis energi sebagai dampak dari konflik yang terjadi antara Rusia-Ukraina. Beberapa rencana kebijakan tersebut diantaranya meningkatkan efisiensi energi, meningkatkan pemakaian energi terbarukan, serta mengamankan persediaan pasokan minyak dan gas dari negara lain(Fisher, 2022). Hal-hal seperti diatas memang bisa dilakukan, akan tetapi tentu saja akan menimbulkan tantangan yang cukup besar mengingat selama ini negara-negara Uni Eropa sangat bergantung terhadap suplai energi dari Rusia. Pertimbangan yang cukup konkret diperlukan dalam mengambil keputusan ini.
Dari contoh permasalah diatas, dapat dilihat memang terdapat kekurangan dan kelebihan bagi Uni Eropa dalam mengeluarkan kebijakan energi kawasan. Akan tetapi, disisi lain, sikap inilah yang harus diambil oleh Uni Eropa dalam merespon ancaman krisis energi sebagai akibat dari konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Diperlukan adanya tindakan serta perencanaan yang matang jika tidak ingin dukungan mereka terhadap Ukraina, malah akan menjadi bumerang yang menyakitkan bagi kawasan Eropa itu sendiri.
Referensi
European Commission. Directorate-General for Energy. (2001). Green paper: Towards a European strategy for the security of energy supply. Office for Official Publications of the European Communities.
Roberts, C. A. (2007). Russia and the European Union: The Sources and Limits of “Special Relationships”. Strategic Studies Institute, US Army War College.
Sari, E. S. (2010). Kebijakan Vladimir Putin dalam kerjasama Industri Gas Rusia dengan Uni Eropa pada tahun 2000-20008.
Fisher, Jonah. (2022). EU reveals its plans to stop using Russian gas. https://www.bbc.com/news/science-environment-61497315